DEPOKNET – Untuk meningkatkan peran serta dalam mensukseskan pembangunan dan melestarikan seni budaya dan bahasa khas Depok, Kumpulan Orang-Orang Depok (KOOD) melaksanakan pengukuhan pengurus baru di Balaikota Depok, Minggu (23/12/2018).
Organisasi warga asli Depok yang berdiri sejak era walikota Badrul Kamal ini kembali eksis dengan formasi baru Badan Pengurus Harian KOOD untuk masa bhakti 2018-2023.
H. Ma’ruf Aman selaku ketua Dewan Sepuh KOOD yang membacakan Surat Keputusan dengan Nomor: 001/KUKUH/BPH-KOOD/XII/2018 disaksikan oleh Walikota Depok dan Wakil Walikota Depok, Mohammad Idris dan Pradi Supriatna.
Adapun ketua umum Badan Pengurus Harian KOOD yang baru adalah Ahmad Dahlan, serta Nina Suzana sebagai Sekretaris, dan H. Yahman Setiawan sebagai Bendahara.
Ahmad Dahlan selaku ketua umum menyampaikan, penduduk asli Depok saat ini ada sekitar 36 persen dari total penduduk kota Depok. Sementara sisanya adalah kaum urban atau pendatang dari berbagai macam daerah dan suku.
“Salah satu penyebab hilangnya bahasa asli Depok adalah karena adanya perkawinan antar suku yang memang sangat tinggi. Karenanya kita pengen ingatin lagi dan mengembalikan lagi karena ini kekayaan dan tidak boleh hilang,” ungkap Ahmad Dahlan.
Kedepannya Ahmad Dahlan berharap KOOD dapat bekerjasama terus dengan seluruh elemen masyarakat dan juga meminta bantuan dari Pemerintah Kota Depok untuk menjaga seni budaya khas Depok.
“Tadi saya sudah sempat bicara dengan bapak Walikota, akan ada sebuah perencanaan konsep pembangunan Kampung Depok Tempo Dulu berupa wahana wisata, mungkin seperti Setu Babakan,” ucapnya didampingi Nina Suzana.
Diuraikan Ahmad Dahlan, di Kampung Depok Tempo Dulu itu nantinya akan ada hal-hal yang berkaitan dengan nuansa budaya Depok seperti bangunan Depok tempo dulu, kandang kerbau, lahan pertanian dan peternakan, termasuk sumur khas Depok, dan juga miniatur jumbleng atau jamban khas Depok tempo dulu.
“Jadi dengan adanya Kampung Depok Tempo Dulu ini agar orang tau apa sih itu Depok, seperti apa sih Depok, siapa sih orang Depok, bahasanya kayak gimana sih Depok,” sebut Ahmad Dahlan.
Terkait bahasa khas Depok, Ahmad Dahlan yang juga mantan anggota DPRD kota Depok periode 1999-2004 ini mengulas bahwa serapan bahasa khas Depok itu banyak berasal dari jawa khususnya Banyumas dan Purwokerto.
Dahlan menerangkan hampir 60 persen serapan bahasa Depok berasal dari bahasa jawa karena dulu penyebar agama islam sebelum Cornelis Chastelin datang ke Depok yakni tentara Falatehan dari Fatahillah itu masuk sampai ke Depok.
“Makanya banyak bahasa Depok yang serapan dari bahasa jawa, contohnya ngalor, ngidul, ngulon, ngetan, wadon, lanang dan lainnya. Begitu juga nama orang-orang Depok banyak yang mirip dengan nama orang banyumas dan Purwokerto,” terangnya.
Secara terpisah, salah satu anggota Dewan Sepuh KOOD, Yadi S Haerudin mengingatkan agar KOOD tidak digunakan sebagai kendaraan politik partai atau siapapun calon Kepala Daerah, namun harus murni untuk kepentingan memajukan dan melestarikan budaya asli Depok.
Selain itu kata Yadi, KOOD harus menjadi milik siapapun warga Depok yang memiliki KTP Depok dan bukan hanya milik 36 persen orang asli Depok.
“Jika Parpol atau ormas lain dianggap sudah tidak lagi bisa menampung kaum muda Depok untuk berkreasi dan berekspesi positif, maka KOOD harus bisa menjadi tempat alternatif bagi kaum muda tersebut,” pungkas Yadi Khaerudin.(AM/CPB/DepokNet)