DEPOKNET – Melihat peta dukungan Partai Politik (Parpol) dalam Pilkada Depok 2020 tentunya diatas kertas kemenangan akan mudah di raih oleh pasangan Pradi Supriatna – Afifah Alia.
Bagaimana tidak, jika melihat raihan suara Parpol hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 itu maka Pradi-Afifah jelas sudah mengantongi 67 persen suara parpol jika dibandingkan lawannya yang hanya mengantongi dukungan suara Parpol 33 persen.
Pradi-Afifah yang didukung Partai Gerindra, PDI Perjuangan, GOLKAR, PAN, PKB, PSI, NASDEM, PERINDO, HANURA, PBB, GARUDA, dan PKPI itu memiliki 630 ribu lebih suara hasil Pileg 2019.
Sementara pasangan incumbent, Idris-Imam tak lebih hanya memiliki 320 ribu lebih suara hasil Pileg yang bersumber dari dukungan suara PKS, Demokrat, PPP dan Partai Berkarya.
Namun menurut Ketua LSM Gerakan Lokomotif Pembangunan (Gelombang) kota Depok, Cahyo Putranto Budiman, sepanjang tiga kali perhelatan Pilkada di kota Depok sejak pertama digelar tahun 2005, kemudian 2010 dan 2015. Peta suara dukungan Parpol itu justru selalu berbeda dengan hasil akhir Pilkada.
“Depok sudah melalui tiga kali Pilkada, namun setiap kali kontestasi Pilkada berlangsung, kerja mesin partai terus dipertanyakan banyak pihak bahkan diragukan dapat mendongkrak suara Pasangan Calon,” ungkap Cahyo
Untuk itu sambung Cahyo, Pilkada 2020 menjadi ajang pembuktian buat kader Parpol pendukung Pradi-Afifah khususnya para pengurus, fungsionaris, dan anggota dewan mereka untuk bisa memaksimalkan kerja politiknya selama ini.
“Akankah di Pilkada Depok yang ke empat kalinya ini kerja mesin parpol akan ngegas kencang atau malah kembali mogok, pertanyaan ini tentunya menjadi sebuah uji nyali pembuktian mereka kepada parpol, dirinya, keluarganya dan para konstituen yang telah mendukung dan memilihnya di Pileg 2019 lalu,” ucapnya
Yang pasti kata Cahyo, Kota Depok tentunya ingin bangkit dari keterpurukan, menjadi kota yang maju, modern dan berbudaya serta tak mau dipermalukan lagi di bully oleh masyarakat banyak akibat tingkah konyol kepala daerahnya.
“Jika semua mau jujur, mayoritas warga kota Depok pastinya menyadari itu. Ada banyak kegelisahan, kekecewaan, bahkan kemarahan terhadap pola kepemimpinan di kota Depok selama 15 tahun ini yang perlu diperbaiki total. Tinggal ditanya saja, mau berubah atau menyerah pasrah?” pungkasnya. (Ant/CPB/DepokNet)