DEPOKNET – Dengan jumlah penduduk lebih dari 2,2 juta jiwa, kota Depok telah menghasilkan 1.200 ton sampah tiap harinya. Dari 1.200 ton tersebut, 700 ton diantaranya dibuang ke TPA Cipayung sementara sisanya ada yang diolah di Unit Pengolahan Sampah (UPS), Bank Sampah, dan yang masih dibuang warga secara liar.
Sementara Kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Cipayung yang sudah overload membuat Pemerintah kota (Pemkot) Depok pusing tujuh keliling. Saat ini empat kolam yang ada di TPA Cipayung sudah tidak bisa lagi menampung sampah yang sudah lebih dari 2 juta kubik menggunung hingga setinggi 30 meter.
“Kalau liat TPA Cipayung mah ngeri, kita sudah rekayasa sedemikian rupa, tapi memang sudah tidak layak, takut longsor apalagi kalau habis hujan begini,” ujar Kepala Bidang Sarana dan Prasana pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok, H. Ridwan, S.Sos dikediamannya semalam, Senin (14/08/3017)
Kabid Sarpras DLHK Depok ini menyampaikan, Pemkot Depok sedang berupaya keras untuk bisa segera membuang sampah ke TPA regional Nambo yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat untuk menampung sampah dari tiga wilayah yakni Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.
Proyek pembangunan TPA regional Nambo yang di claim oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan sebagai TPA terpadu dan modern pertama di Indonesia ini sesuai rencana baru akan selesai pada tahun 2019 dengan pelaksana kegiatan PT. Panghegar Energy Indonesia dan untuk pengelolaannya bersama Pemprov Jawa Barat telah membentuk konsorsium Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bernama PT Jabar Bersih Lestari.
“Besok pagi (Hari ini, red) kami diundang ke Bandung untuk membahas persoalan ini, minimal kita berusaha agar di 2018 sudah bisa membuang sampah ke TPA Nambo,” ungkap H. Ridwan.
Didalam perjanjian yang dibuat, kota Depok dijanjikan bisa membuang sampah ke TPA regional Nambo hingga 500 ton perhari. Namun bila daerah lain yakni kabupaten Bogor dan Kota Bogor tidak banyak membuang sampah ke Nambo, kemungkinan Depok bisa saja menambah kapasitas buangan sampah hingga 700 ton lebih perhari.
Dijelaskan Ridwan, jika sudah bisa membuang sampah ke Nambo, maka untuk TPA Cipayung tinggal dilakukan proses pemadatan sampah yang ada disana. Karena kata Ridwan, selama 20 tahun memang sudah menjadi tanggung jawab Pemkot Depok untuk menjaga kelestarian lingkungannya.
Untuk persiapan tersebut, pihak DLHK Depok akan membutuhkan truk besar untuk mengangkut sampah menuju ke TPA Nambo. Saat ini truk pengangkut sampah yang dimiliki Pemkot Depok masih berkapasitas kecil.
“Tiap tahun kita beli truk tapi yang kecil kapasitas 6-7 kubik karena truk yang besar atau tronton kan manuver kurang mengingat banyak jalan di Depok yang ukurannya kecil. Tapi kalau sudah buang ke Nambo kita butuh truk yang besar supaya lebih efisien diperjalanannya nanti,” jelas H. Ridwan.
Selain kebutuhan truk besar untuk mengangkut sampah ke TPA regional Nambo, H. Ridwan menuturkan biaya pengelolaan sampah yang akan dikeluarkan oleh Pemkot Depok memang akan membengkak mengingat untuk membayar pembuangan sampah ke TPA Nambo bakal dikenakan tarif berkisar Rp150.000,- sampai Rp200.000,- per ton sampah tiap harinya.
“Kalau Rp200 ribu saja per ton, dikalikan 700 ton perhari misalnya, sudah Rp140 juta, tapi mau gimana lagi, masalahnya sudah urgent sekali,” tuturnya.
TPA Nambo berada di Desa Nambo dan Desa Lulut Kecamatan Kelapanunggal Kabupaten Bogor dengan menempati lahan seluas 55 hektar. Rinciannya adalah 40 hektar lahan hutan yang dikelola Perhutani Regional Jawa Barat-Banten dan sisanya tanah milik Kabupaten Bogor.
TPA ini menggunakan teknologi dari Korea Selatan, yakni sampah akan diolah menjadi alternatif bahan bakar yang nantinya akan diserap oleh pabrik semen. TPA ini dirancang mengolah sedikitnya 1.500 ton sampah sehari dengan teknologi Mechanical Biological Treatment (MBT) yang menghasilkan Refused Derived Fuel (RDF) untuk sampah kawasan kabupaten Bogor, kota Bogor, dan Kota Depok. (CPB/DepokNet)