DEPOKNET – Puncak acara Hari Ulang Tahun (HUT) kota Depok ke 18 telah digelar Sabtu (29/04), berupa kegiatan Parade Budaya yang di claim oleh Ketua Panitia HUT Ke-18 Kota Depok, Sri Utomo ada sekitar 4000 orang yang mengikuti Karnaval ini dan telah membuat kemacetan yang cukup parah, Sabtu pagi hingga menjelang siang.
“Karnaval yang dimulai pukul 07.00 dan berakhir di lapangan Balai Kota Depok sekitar pukul 11.00 diikuti oleh sebanyak 57 mobil hias, 20 motor besar Harley Davidson, dan 17 andong,” tutur Sri Utomo.
Asisten Hukum dan Sosial kota Depok ini juga menerangkan, peserta berasal dari sekitar 50 instansi di Depok mulai dari berbagai komunitas warga, sanggar budaya, forum komunikasi, lembaga masyarakat, hingga organisasi perangkat daerah (OPD) Kota Depok.
Keterlibatan hampir seluruh OPD baik dinas, badan, kecamatan, kelurahan yang menjadi peserta utama kegiatan Karnaval HUT Depok mengundang kritikan dari Ketua Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kota Depok, Nuroji. Dirinya menilai karnaval Parade Budaya HUT Ke-18 Kota Depok yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, sama sekali tidak menggambarkan sebuah parade budaya Kota Depok.
Nuroji beralasan, parade itu sama sekali tidak melibatkan para seniman-seniman dan budayawan Kota Depok, jadi sama sekali tidak memunculkan dan menampilkan orang-orang yang memang mengerti akan budaya khususnya budaya lokal Depok.
“Apaan, yang begitu Parade Budaya? kok gak libatin dan ajak orang budaya dan seniman di Depok. Kalo itu Pawai Budaya, kenapa isinya orang birokrat semua, itu sih pawai birokrat,” ujar Nuroji, semalam (30/04).
Ditanya apakah DKD Depok yang dipimpinnya sudah diajak atau dilibatkan dalam kegiatan ini oleh panitia, anggota DPR RI fraksi Gerindra ini menjawab bahwa pihaknya sama sekali tidak diajak atau dihubungi oleh Pemkot untuk turut serta dalam kegiatan dmaksud.
Nuroji menyebutkan parade budaya yang sebenarnya sudah digelar oleh DKD Depok dan Ikatan Keluarga dan Istri Anggota Dewan (IKIAD) kota Depok dengan dukungan sejumlah pihak pada 16-18 Desember 2016 lalu yang bertajuk Depok Night Parade (DNP) 2016.
Namun disayangkan olehnya, kegiatan Depok Night Parade Desember 2016 yang sesungguhnya merupakan parade budaya, namun waktu itu Pemkot Depok tidak mau mendukung acara DNP 2016, dan malah menekan aparat untuk membatalkan kegiatan dengan tidak mengizinkan ruas jalan Margonda dipakai untuk kegiatan DNP 2016 karena alasan menimbulkan kemacetan.
“Lah kenapa sekarang mereka bisa dan diizinkan pake jalur Margonda dan bikin macet panjang begitu? Apa karena Walikota dan para birokrat yang pakai jadi boleh aja, sementara seniman Depok bukan Birokrat jadi dilarang?,” sebut Nuroji.
Sebelumnya, beberapa pihak telah menyebut bahwa pawai HUT Depok ke 18 hanya “menjiplak” ide kreatif dari Depok Night Parade 2016 yang berlangsung sukses dan spektakuler 16-18 Desember 2016 lalu, padahal tidak mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Depok baik itu Walikota maupun dinas dan instansi lainnya. (CPB/DepokNet).