DEPOKNET – Anggota DPRD Kota Depok Fraksi PKB, Babai Suhaimi menyoroti maraknya propaganda di media sosial tentang Pilkada 2020. Tagline: PKS vs PDI-Perjuangan jadi ‘jualan’ salah satu paslon.
Babai mengingatkan masyarakat jangan terpengaruh oleh partai politik. Tapi lebih melihat pada program yang ditawarkan pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota pada Pilkada Depok 2020.
Dari sisi ideologi, warna, gerakan, dan kader, mungkin banyak yang beranggapan PDIP dan PKS ini sangat berlainan. Tapi, dalam politik praktis ternyata kedua partai ini tak selamanya seperti minyak dan air. Buktinya, kedua partai ini bisa bersatu di 13 Pilkada serentak yang digelar 9 Desember mendatang.
“Jadi jangan melihat partai pengusungnya. Tapi, program apa yang ditawarkan dari kedua paslon. Masyarakat Depok saya yakin sudah cerdas dalam menentukan pilihannya. Jangan ‘diadu’ satu partai dengan partai lainnya,” kata Babai.
Ditegaskan Babai, Pilkada adalah tempatnya untuk menyampaikan ide-ide dan gagasan-gagasan baik untuk kesejahteraan masyarakat, yang nantinya akan dilaksanakan oleh pemerintahan daerah.
Lebih lanjut Babai mengatakan banyak persoalan yang harus dihadapi pemimpin kota Depok ke depan. Sebaiknya paslon Wali Kota dan Wakilnya menyampaikan ide-ide pembangunan kota Depok.
Disebutkan oleh calon Wakil Walikota Depok di pilkada Depok 2016 ini, dalam perjalanan Depok sejak 1999, belum memiliki rumah sakit yang memadai. Hal yang menurutnya tidak berbanding lurus dengan jumlah penduduk.
“Depok juga dinobatkan sebagai kota yang trotoarnya tidak manusiawi. Mungkin paling jelek se-Indonesia bahkan dunia,” ujarnya yang mengakui miris dengan kondisi jalan Kota Depok.
Lebih jauh Babai menuturkan Depok dengan tagline Kota Depok Unggul, Nyaman dan Relijius ternyata belum memiliki sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri.
“Saat ini cuma baru ada satu sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri. itu pun hibahan dari Kota Bogor,” tuturnya.
Di bidang pendidikan, menurut Babai juga tidak berbanding lurus. Ketimpangan jarak dengan zonasi yang jadi aturan membuat banyak anak-anak pintar yang tak dapat negeri.
“Inilah rangkaian masalah di Depok. Program-program ini yang kita gelontorkan dari paslon Pradi-Afifah. Kita cari dan siapkan solusinya,” tegas Babai Suhaimi
Persoalan lain yang tak kalah penting di Depok lanjutnya adalah destinasi wisata. Padahal potensi itu banyak. Dia mencontohkan ada 26 setu berukuran besar maupun kecil. Depok juga punya situs berupa bangunan bersejarah. Tapi, tidak dikelola secara serius sehingga tidak bisa diangkat sebagai tempat wisata.
“Akhirnya banyak masyarakat yang nongkrong di taman perumahan. GDC misalnya. Bahkan banyak pedagang kaki lima. Ini membuat suasana jadi kumuh,” tuturnya.
“Alun-alun itu taman kota. Tidak didesain bagaimana kenyamanan bagi masyarakat yang datang untuk menikmati jajanan kota Depok. Tidak ada stand yang disiapkan untuk pedagang maupun UMKM Depok.” Ujar Babai (Sur/CPB/DepokNet)