DEPOK – Tindak penyekapan dengan kekerasan terjadi terhadap seorang pengusaha selama tiga hari di hotel Margo di jalan Margonda Raya, kota Depok.
Penyekapan dengan kekerasan tersebut berlangsung sejak Rabu (25/8) sampai dengan Jumat (27/8) yang dilakukan di kamar 1215 Hotel Margo oleh sekelompok orang yang mengaku suruhan dari perusahaan tempat korban bekerja sebagai direktur utama.
Korban berinisial HS (44) ini mengaku disekap agar menyerahkan seluruh asset dan harta kekayaan yang dimilikinya karena dianggap telah melakukan penggelapan uang perusahaan selama dirinya bekerja.
HS menjelaskan diangkat menjadi Direktur Utama yang berlaku selama 5 tahun sejak 6 Juli 2021. Pemilik perusahaan juga memberikan kepemilikan saham di perusahaan tersebut. Dirinya keberatan jika disebut melakukan penggelapan uang perusahaan.
“Yang dipermasalahkan seolah saya makan uang perusahaan, tapi buktinya tidak ada. Seharusnya kalau ada kerugian kan harus ada dasar audit keuangan dahulu, tapi ini kan tidak ada, semuanya atas dasar tuduhan,” sebut HS, Sabtu (28/8)
Dirinya juga mengaku ditekan untuk menandatangani surat pernyataan telah menggelapkan uang perusahaan. “Awalnya saya tidak mau tanda tangan, tapi saya diancam dan dipukul supaya mengakui dan akhirnya menandatanganinya,” tambahnya
HS menyebut semua barang kekayaan dan asset miliknya telah diserahkannya, bahkan rumah yang telah lama ditempatinya di wilayah Kalimulya juga mau diambil oleh mereka.
“Saya sudah serahkan semua, tapi katanya masih kurang. Saya ditekan untuk menandatangani surat pengakuan penggelapan uang, bahkan rumah orang tua saya di kampung juga didatangi oleh mereka agar mau menyerahkan asset yang saya punya,” jelasnya
Ditengah kesabarannya yang memuncak, akhirnya pada Jumat (27/8) sore, HS berteriak meminta tolong yang membuat pihak keamanan hotel pun turun tangan dan melaporkan kejadian penyekapan dengan kekerasan ini kepada pihak Polres Metro Depok.
HS mengaku mengalami kekerasan fisik maupun mental selama dalam proses penyekapan yang dilakukan para oknum suruhan perusahaan termasuk diantaranya ada dari anggota TNI.
“Saya masih trauma, istri saya juga sama. Saya pun merasa keselamatan saya tidak terjamin saat ini. Saya belum berani pulang ke rumah sampai sekarang,” pungkasnya(AM/CPB/DepokNet)