DEPOKNET – Taruna Siaga Bencana atau TAGANA Indonesia merupakan salah satu instrumen penting yang senantiasa siap siaga 24 jam untuk mengantisipasi dan melakukan aksi nyata turun membantu masyarakat yang tertimpa musibah bencana alam.
Sesuai tugasnya yang tercantum dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Taruna Siaga Bencana, TAGANA mempunyai tugas melaksanakan penanggulangan bencana, baik pada pra bencana, saat tanggap darurat, maupun pascabencana, dan tugas-tugas penanganan permasalahan sosial lainnya yang terkait dengan penanggulangan bencana.
Di kota Depok, TAGANA telah berkiprah selama lebih dari 13 tahun, namun sejak 2006 hingga saat ini, peralatan safety atau keselamatan diri bagi para personil TAGANA yang bertugas ternyata masih luput dari perhatian dinas ataupun pemerintah kota (Pemkot) Depok.
Hal tersebut diungkap secara gamblang oleh anggota TAGANA kota Depok, M. Romdhoni kepada DEPOKNET, Rabu (23/08/2017). Diuraikannya, peralatan yang dimiliki Tagana Depok masih belum memadai dan jauh dari standar safety bagi personil lapangan.
Pria yang biasa disapa Big Dhony ini menyebut peralatan safety yang dibutuhkan oleh personil TAGANA diantaranya raincoat saat bertugas dalam kondisi hujan, senter LED untuk penerangan malam hari, sepatu karang, setelan baju dan senter waterproof untuk pencaharian dan evakuasi korban di dalam air, sarung tangan, alkohol dan masker saat evakuasi korban, dan juga perahu karet.
“Alat tersebut harusnya bisa digunakan secara maksimal bagi para personil baik saat melakukan assesment, pencaharian, juga evakuasi,” ujar M. Ramdhoni.
Dijelaskan Big Dhony, seyogyanya kebutuhan peralatan safety ini sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi mengingat tugas berat di lapangan sebagai bagian dari Tim Reaksi Cepat Satuan Pelaksana (TRC SATLAK) Penanggulangan Bencana kota Depok.
“Tapi luar biasa, pengajuan kita tiap tahun untuk permohonan pengadaan peralatan tersebut selalu dicoret oleh pihak dinas maupun banggar dewan,” sindirnya.
Selain itu, janji Walikota Depok yang disampaikan saat hari jadi TAGANA yang ke 13 akan akan menambah honor bagi personil terutama yang melakukan piket saat malam hari juga belum terealisasi secara simultan. Ini termasuk pula akan adanya penambahan jumlah personil anggota di 2018 nantinya.
“Gak usah bahas nambah personil deh, kalau peralatan safety buat anggota yang ada sekarang saja masih mengkhawatirkan diri kami. Lagi juga belum ada instruksi dari kadis atau walikota untuk itu,” sebut Big Dhony yang merupakan anggota angkatan pertama tahun 2006 di TAGANA Depok ini.
Tetap Siaga 24 Jam Walau Kesejahteraan Seadanya
Diungkap Dhony, tiap personil menerima honor Rp425 ribu perbulan. Honor tersebut diluar uang penanganan yang diterima tim di lapangan saat ada kejadian atau penanganan bencana.
Seluruh anggota TAGANA kota Depok sesungguhnya sangat berharap besar dengan telah berpisahnya Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Sosial saat ini, TAGANA Kota Depok dapat menjadi semakin baik dengan didukung peralatan safety yang mumpuni karena Tagana berada di bawah naungan Dinas Sosial (Dinsos) dan Kementerian Sosial (Kemensos). Namun kondisi saat ini malah sama saja dengan sebelumnya.
“Itulah kenyataannya, untuk hal rezeki kami sifatnya hanya menunggu tanpa berharap dari Walikota atau Dinsos memanusiakan TAGANA Depok. Tapi jujur, peralatan keselamatan bagi kami yang saat ini sangat urgent dan menjadi harapan serta prioritas utama kami,” ucap Dhony.
Walau demikian, dirinya bersama seluruh anggota TAGANA kota Depok tetap solid, kompak dan semangat total berjuang 24 jam dimana pun dan kapan pun dibutuhkan untuk melaksanakan tugas penangangan bencana.
“TAGANA Depok tidak hanya eksis membantu penanganan bencana di tingkat kota, tapi di luar kota, dan lintas provinsi,” pungkas Dhony.
Saat DEPOKNET mencoba mengkonfirmasi melalui sambungan telepon tentang kondisi ini kepada pihak dinas, Kepala Dinas Sosial kota Depok, Drs. Achmad Kafrawi, M.Si yang baru dilantik 3 bulan lalu tepatnya 22 Mei 2017 belum memberikan tanggapannya sama sekali.
“Dia mah susah, beda sama Kadis yang sebelumnya. Jangankan kirim pesan singkat atau telepon, ditemuin langsung aja kadang gak mau jawab,” celetuk salah seorang anggota tim TAGANA Depok. (CPB/DepokNet)