Banyak sekali kepanjangan dari kata yang sering dijadikan akronim ini, di antaranya adalah: Selingan Indah Rumah Tangga Utuh, Selingan di Kala Jenuh, Selingan Indah Karier Runtuh, atau Selingan Indah Keluarga Runtuh. Apapun itu, yang pasti selingkuh memang bahaya laten yang dapat memporak-porandakan keutuhan rumah tangga.
“Selingkuh”, kata dan perbuatan yang tidak asing lagi di telinga dan mata kita, -Semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan yang demikian-. Jika dahulu kita banyak temukan perselingkuhan dalam kehidupan nyata, sekarang hal itu pun sudah semakin merambah dan menggejala di dunia maya. Ditambah lagi maraknya berbagai fasilitas teknologi (telepon seluler, media jejaring sosial -terutama Facebook, Twitter,- dan beragam aplikasi chatting [mengobrol]) semakin memudahkan dan memuluskan jalan bagi tindakan asusila ini bagi para pelakunya.
Dunia maya dan serba-serbinya memang benar-benar ibarat pedang bermata dua bagi para penggunanya. Kita sedang tidak menyalahkan perkembangan teknologi yang maju demikian pesatnya. Namun kita sedang membicarakan keterkaitan teknologi yang dapat menjadi pintu gerbang untuk membuka posibilitas yang lebih besar pada pengguna dunia maya, jika mereka kurang bijak dan tepat dalam menggunakannya.
Definisi Selingkuh
selingkuh /se·ling·kuh/a 1 suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang; tidak jujur; curang; serong; 2 suka menggelapkan uang; korup; 3 suka menyeleweng;[1]
khianat /khi·a·nat/n perbuatan tidak setia; tipu daya; perbuatan yg bertentangan dengan janji: jangan sekali-kali berbuat –;[2]
Bentuk Perselingkuhan
Ketidaksetiaan (infidelity) terhadap pasangan resmi yang halal, ada dua macam [3]:
- Physical Infidelity/Physical Affair: Ketidaksetiaan yang melibatkan kontak dan kedekatan secara fisik (menjamah, memegang, meraba, berciuman), bahkan hingga menghantarkan pelakunya ke jenjang hubungan biologis (berzina/adultery).
- Emotional Infidelity/Emotional Affair: Ketidaksetiaan yang hanya melibatkan keintiman secara emosional.
Contohnya :
- Mengungkapkan kata-kata mesra/sayang/cinta kepada lawan jenis yang bukan pasangan halal,
- Sexting (mengirimkan pesan yang berisi pembicaraan tidak senonoh yang menjurus kepada hubungan biologis, atau mengirimkan gambar vulgar yang bermuatan sexual) lewat media apapun bentuknya
- Komunikasi intensif yang melibatkan perasaan. Seperti berbagi perasaan dengan lawan jenis tentang ketakutan; harapan; mimpi. Hanya untuk sekadar berbagi dan itu dilandasi karena perasaan dekat dengan si dia (Jadi jika curhatnya itu bertujuan untuk meminta solusi kepada ustadz dan dilakukan seperlunya, maka itu tidak dikatakan selingkuh emosional insya Allah).
- Termasuk bentuk pengkhianatan gaya ini adalah menyalurkan emosional berupa perhatian khusus, kasih sayang, cinta, dalam bingkai romantisme pada lawan jenis yang bukan menjadi pasangan resminya. Emotional infidelity/emotional affair ini dapat memicu potensi perselingkuhan fisik.[4]
Banyak orang mengira bahwa emotional affair/ketidaksetiaaan emosional bukanlah termasuk jenis pengkhianatan, karena tidak melibatkan aspek fisik. Akibatnya, para pelakunya nampak asyik-asyik saja, bahkan tanpa rasa bersalah kepada pasangannya yang sah ketika melakukannya. Mereka berpikir, “Toh kami tidak melakukan kontak fisik… kami tidak melakukan hubungan suami istri… kami hanya sebatas teman saja”, atau “Kami hanya rekan kerja saja, tidak lebih dari itu”.
Akan tetapi, ketahuilah bahwa berdua-duaan di dunia maya baik lewat FB; BBM; Twitter; WA, atau media apapun bentuknya dalam rangka menyalurkan perasaan sayang/cinta/kemesraan/perhatian khusus ala “TTM” (Teman Tapi Mesra), mengirimkan hadiah, atau perlakuan romantisme lainnya bukan kepada pasangan halal, curhat tentang zona pribadi kepada lawan jenis yang tidak halal dengan dilandasi adanya perasaan khusus… maka ini juga termasuk tindak perselingkuhan meskipun levelnya belum setinggi selingkuh fisik. Jika benar itu memang teman biasa, kenapa bisa sampai sebegitunya?
Hukum Selingkuh
Melakukan perselingkuhan sama artinya dengan melakukan pengkhianatan. Kendati perselingkuhan yang dilakukan hanya sebatas ketidaksetiaan emosional, berhati-hatilah terhadap salah satu bentuk zina karena dengan perbuatan tersebut pelakunya bisa juga melakukan zina hati. Padahal, mendekati zina saja sudah tidak boleh, apalagi melakukannya. Terlebih lagi jika perselingkuhannya menghantarkan kepada sebenar-benarnya zina (zina kemaluan).
Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا، أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَزِنَا العَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ المَنْطِقُ، والقلب تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ كُلَّهُ وَيُكَذِّبُهُ
“Sesungguhnya Allah menetapkan bagian zina untuk setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari. Zina mata dengan melihat, zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan gejolak syahwat, sedangkan kemaluanlah yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita tentang mimpinya, menyebutkan beberapa hukuman yang Allah berikan kepada manusia karena pelanggaran mereka yang beraneka ragam, diantaranya,
فانطلقنا فأتينا على مثل التنور – قال فأحسب أنه كان يقول – فإذا فيه لغط وأصوات – قال – فاطلعنا فيه ، فإذا فيه رجال ونساء عراة ، وإذا هم يأتيهم لهب من أسفل منهم ، فإذا أتاهم ذلك اللهب ضوضوا – قال – قلت لهما ما هؤلاء قال قالا لى انطلق انطلق …
و” أما الرجال والنساء العراة الذين في مثل بناء التنور فإنهم الزناة والزوان
“Kemudian kami berlalu, lalu sampai pada sebuah bangunan seperti tungku pembakaran.” Perawi hadits berkata, “Sepertinya beliau juga bersabda, ‘Tiba-tiba aku mendengar suara gaduh dan teriakan.’” Beliau melanjutkan, “Kemudian aku menengoknya, lalu aku dapati di dalamnya laki-laki dan perempuan yang telanjang. Tiba-tiba mereka didatangi nyala api dari bawah mereka, mereka pun berteriak-teriak.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku bertanya (pada Jibril dan Mika’il), ‘Siapa mereka?’ Keduanya menjawab, ‘Adapun laki-laki dan perempuan yang berada di tempat seperti tungku pembakaran, mereka adalah para pezina.’ (HR.Al-Bukhari no.7047).
Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرْفَعُ لَهُ بِقَدْرِ غَدْرِهِ أَلاَ وَلاَ غَادِرَ أَعْظَمُ غَدْرًا مِنْ أَمِيرِ عَامَّةٍ
“Di Hari Kiamat kelak setiap pengkhianat akan membawa bendera yang dikibarkannya tinggi-tinggi sesuai dengan pengkhianatannya. Ketahuilah, tak ada pengkhianatan yang lebih besar daripada pengkhianatan seorang penguasa terhadap rakyatnya.” (HR. Muslim).
Pemicu Perselingkuhan
Banyak sekali faktor yang memicu aksi ini tercipta, entah karena faktor internal, eksternal, atau sosial. Beberapa faktor yang banyak menjadi biang keladi tercipta dan tersebarnya perselingkuhan adalah:
1. Minimnya pemahaman beragama dan muraaqabatullaah (merasa diawasi oleh Allah).
Seseorang yang memiliki ilmu agama dan mengamalkan ilmunya, orang yang bertakwa, lagi sadar dan waspada, tentunya mengetahui bahwa ada malaikat pencatat amal yang senantiasa menuliskan segala tindakan yang dia perbuat dalam catatan mereka, dan ada Allah yang senantiasa terjaga, tidak pernah tidur, dan tidak pernah lalai dalam mengawasi segala gerak-geriknya dari atas ‘Arsy sana.
Dia sadar, bahwa segala perbuatannya itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan seluruh makhluk ketika hari pembalasan tiba. Oleh karena itu dia berusaha menjaga tindak-tanduknya agar berada dalam lini koridor syariat karena dia memahami bahwa dari atas ‘Arsy-Nya, Allah dapat melihat segala hal yang nampak dan tersembunyi dari makhluk ciptaan-Nya, dan dia juga mengerti bahwa ada balasan atas apa yang telah dikerjakannya di dunia, berupa surga dan neraka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya.” (QS. Al-Anbiya’: 23).
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS. Al-Isra’: 36).
Bandingkan keadaan di atas dengan orang yang minim pemahaman agama. Yang terjadi adalah: dia akan merasa enak-enak saja memandang, mendengar, mencium, menjamah sesuatu yang tidak halal baginya. Dia dengan tanpa rasa berdosa, berbuat maksiat dan zina dengan berbagai variannya. Melakukan kedurhakaan pada Allah tanpa mengingat mati, siksa kubur, hari pembalasan, dan adanya balasan Allah berupa surga-neraka. Dia merasa santai-santai saja berkubang dalam maksiat dan dosa. Aduhai… kita lihat bukan, betapa jauh perbedaan di antara keduanya.
2. Minimnya komitmen berumah tangga dan kedewasaan berpikir dalam mempertahankan pernikahan.
Kurang matangnya pola pikir seseorang mengenai konsep rumah tangga, juga mengambil peran yang besar dalam memicu perselingkuhan. Ia tidak mau terlalu dibebani dan terikat dengan tanggung jawab serta konsekuensi dalam komitmen berumah tangga. Dalam pikirannya, pernikahan tidak lain hanya sebatas ajang penyaluran nafsu biologis tanpa diiringi adanya hak dan kewajiban yang harus ditunaikan dalam rumah tangga. Walhasil, dia hanya mau “enak-enakan” saja dan “bermain-main” sebagaimana kondisinya ketika berada dalam masa lajangnya.
3. Pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita.
Adanya ikhtilath (campur baur antara lelaki dan wanita) di manapun terlebih di kantor, semakin membuka ruang gerak perselingkuhan. Betapa banyak percikan perselingkuhan tercipta dari obrolan ringan antara rekan sejawat, dilanjutkan saling curhat tentang masalah rumah tangga, lalu timbul perasaan iba/kasihan/simpatik, hingga tumbuh benih-benih cinta berdasarkan nafsu di dalam jiwa. Belum lagi dibarengi pergi atau makan bersama, tugas ke luar kantor bersama, lalu klimaksnya adalah bergumul di ranjang bersama. Wal’iyadzubillah.
Tidak beda halnya dengan pelaku perselingkuhan di dunia maya, yang biasanya memulai perselingkuhannya dengan saling sapa, lempar canda di komentar, atau saling like status, berlanjut mojok asyik masyuk di inbox Facebook; BBM; Whatsapp atau media lainnya.
4. Kurang tercapainya kepuasan dalam perkawinan (marital disatisfaction).
Setiap insan, tentu memiliki keinginan yang dia harapkan dari pasangan. Entah keinginan tersebut berhubungan dengan kondisi fisik pasangan (kepuasan lahir), atau keinginan terpenuhinya kebutuhan yang berkaitan dengan perasaan (kepuasan batin). Apabila kebutuhan tersebut tidak bisa tercapai dalam suatu perkawinan, maka kondisi ini akan memicu kurangnya kepuasan dalam perkawinan.
Ketika tidak ada komunikasi efektif dan media saling memahami yang terjalin di antara pasutri, perasaan kurang puas yang dibiarkan berlarut-larut ini tentu akan menimbulkan kekecewaan dalam diri pasangan yang merasa dirugikan. Saat itulah pasangan yang merasa dikecewakan dan kurang mendapatkan kepuasan -serta kurang beriman dan bertakwa- ini akan mencarinya di luar kehidupan pernikahan, yang terbingkai dalam kerangka perselingkuhan.
Pasutri yang mengenyam kebahagiaan dan meraih kepuasan dalam pernikahan pun ada yang berselingkuh, apalagi yang memang kurang mendapat kepuasan dalam perkawinan. Sebenarnya ada banyak penyebab perselingkuhan akibat adanya rasa kurangnya kepuasan dalam suatu perkawinan. Beberapa hal yang bisa memicu kurangnya kepuasan dalam rumah tangga adalah: fisik pasangan kurang menarik seperti sedia kala sehingga cinta pun berkurang, kurang terpenuhinya kepuasan biologis, kurang perhatian dan pengertian dari pasangan, kurang kasih sayang dari pasangan, kurang mendapat penghargaan dari pasangan, akhlak pasangan yang kurang baik, ketidakcocokan dalam visi; misi; prinsip hidup (Insya Allah untuk poin ini akan dijadikan bahasan tersendiri).
5. Kepribadian narsistik (Narcissistic Personal Disorder/NPD).
Penderita NPD sebenarnya justru memiliki rasa penghargaan diri yang rendah, sehingga dia mencari pengakuan, pujian dan penghargaan dari orang lain. Ini dapat menjadi pemicu perselingkuhan karena dia ingin sebanyak mungkin diakui, dipuji, dan diangkat harga dirinya oleh orang lain. [5]
6. Tidak menundukkan pandangan.
Dari mana datangnya lintah… dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta… dari mata turun ke hati. Mata ibarat duta, sedangkan hati sebagai rajanya. Betapa banyak cinta itu bermula, hanya karena pandangan mata yang sungguh menggoda. Hingga lambat laun bergerak, menjalar, dan mengakar di dalam dada.
7. Ada “dayyuts” di rumah Anda.
Dayyuts: pria yang tidak memiliki rasa cemburu, terlebih cemburu yang syar’i (cemburu jika keluarganya melakukan perbuatan kemungkaran).
8. Bertebaran wanita yang bertabarruj.
Memperlihatkan aurat yang seharusnya ditutup dan perhiasan yang seharusnya tidak boleh tampak. Termasuk di dalamnya mengenakan parfum yang baunya tajam hingga bisa tercium kemana-mana, terlebih dengan gayanya yang seronok.
9. Bosan.
Perkawinan yang telah berlangsung lama, disertai dengan kesibukan dan aktivitas yang relatif bersifat monoton begitu saja sehari-harinya, dapat menimbulkan kebosanan bagi jiwa dan cinta. Ibarat “Bertemu muka itu lagi…itu lagi. Kamu terus…kamu terus… bosan saya jadinya.“ . Kebosanan ini akan memicu seseorang untuk mencari pergantian suasana lain yang tidak terdapat dalam kehidupan perkawinan dengan pasangan sahnya. Maka dari itu, sangat penting untuk melakukan reformasi cinta dengan memperbaharui perkawinan Anda dan melakukan penyegaran cinta dalam hidup berumah tangga.
10. Pelarian dari tekanan masalah dalam rumah tangga.
Pertengkaran, himpitan beban kehidupan, konflik rumah tangga, tuntutan pekerjaan, dan seabrek stressor (penyebab stres) kerapkali membuat seseorang mencari pelarian sekejap dari masalahnya. Alih-alih mendinginkan pikiran, merenung, dan mencari jalan keluar, orang-orang seperti ini malah mencari kesenangan semu di balik topeng sandiwara perselingkuhan. Pilihan bertindak semacam ini adalah dampak sampingan dari tipe pribadi yang kurang komitmen terhadap syariat, kurang matang, dan kurang memiliki komitmen tinggi dalam menjalin hubungan rumah tangga.
Kalaulah dia merupakan pribadi shalih yang matang dan berkomitmen tinggi dalam rumah tangga, dia akan berusaha menyelesaikan dan mencari pemecahan atas masalah yang dihadapinya. Dia akan mencoba mencari akar persoalan, mengurai satu persatu simpul benang permasalahan hingga lama kelamaan benang itu kembali terurai dengan baik dan sempurna sesuai dengan syariat. Bukan malah mencari jalan pintas yang praktis, untuk sekadar rehat sejenak dari pusaran masalah rumah tangga.
Selingkuh bukanlah solusi dalam menangani masalah dan stress yang Anda derita. Bahkan dengan selingkuh tersebut, seperti halnya Anda ingin keluar dari cengkraman mulut buaya, namun Anda justru masuk ke dalam kandang singa.
11. Iseng dan ingin mencoba sesuatu yang baru/tantangan baru di luar pernikahan.
12. Trauma dan luka hati masa lalu yang menyebabkan seseorang mengalami masalah dalam kedekatan hubungan dengan pasangan (intimacy disorder).
—-bersambung—-muslimah.or.id